Budaya adalah sikap, perilaku dan simbol-simbol yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi berikutnya. Sedangkan, psikologi lintas budaya adalah studi komparatif dan kreatif tentang pengaruh-pengaruh budaya pada psikologi manusia. Dengan belajar psikologi linta budaya, kita dapat mempelajari sejuh mana budaya itu terintegrasi dengan diri manusia (Sarwono, 2014).
Setiap manusia adalah mahulk sosial, mahluk yang tidak dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu, mereka akan membentuk suatu kempok yang dapat memuaskan hasrat mereka akan keadaan sosial. Di setiap kelompok-kelompok tersebut, muncul berbagai macam kebiasaan-kebiasaan yang nantinya paten menjadi kebudayaan. Budaya ini merupakan identitas yang membedakan kelompok satu dengan kelompok lain, baik budaya bertindak, berbicara, dan berpikir.
Budaya tidak hanya ada pada daerah-daerah tertentu, budaya akan ada pada setiap tempat dimana manusia menginjakkan kakinya. Kemanapun manusia pergi, mereka akan membawa kebudayaan dari mana mereka berasal. Sebab budaya merupakan hasil dari lingkungan yang dibagun sejak kecil hingga dewasa sehingga tertanam kuat dalam diri. Kemudian kebudayaan ini pula yang disebarkan secara universal.
Setiap manusia mempunyai budaya yang membangun paradigma berpikir. Contohnya, orang jawa menganggap orang makassar kasar karena cara berbicara mereka yang keras dan orang makassar mengganggap orang Jogja itu lembut-lembut karena cara berbica mereka itu yang mendayu-dayu. Namun sebenarnya, lewat cara berbicara seseorang tidak bisa secara langsung diindikasikan bahwa mereka kasar atau lembut. Orang makassar berbicara lantang bukan karena mereka kasar, itu merupakan ciri khas berbicara tegas.
Kata-kata marah, keras, lembut, agresi, peduli, bahagia dan lain-lain adalah emosi yang sering diintegrasikan pada subjek-subjek tertentu. Bahkan dijadikan sebagai personal branding untuk mengindikasikan bahwa subjek tersebut sama seperti apa yang ada di benak-benak masyarakat. Dikutip dalam buku Psikologi Lintas Budaya yang dikarang oleh Sarlito (2014), ada enam emosi dasar (basic emotions) pada manusia, yaitu marah (anger),takut ( fear), sedih (sorrow), bahagia (Happiness), jijik (disgust), dan minat (interest).Keenam emosi ini dapat bergabung dan membentuk emosi lainnya, misalnya penerimaan(acceptance), kasih sayang (affection), agresi (aggression), tak pasti (ambivalence), tak peduli (apathy) dan lain-lain.
Secara universal, tidak ada definisi tentang emosi yang dapat dijadikan landasan teori. Namun, emosi dianggap sebagai adaptasi evolusi. Emosi meningkatkan kemampuan subjek untuk mengalami dan mengevaluasi lingkungannya. Sehingga emosi mengalami keterhubungan dengan kognitif. Jika dikorelasikan dengan kebiasaan kelompok, maka kita akan menemukan ternyata budaya sangat berhubungan dengan emosi. Contohnya, falsafah siri’ na pacce orang Bugis-Makassar. Siri’ artinya malu, perasaan malu jika melakukan sesuatu yang tercela. Sedangkan, pacce artinya pedih atau perih, perassan pilu menyayat hati apabila warga masyarakat, keluarga atau sahabat mendapat musibah (Darwis, 2012).
Memahami gambaran kepribadian individu berbeda dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya, sehingga konsep tentang kepribadian juga berbeda-beda antar budaya. Inilah tujuan dibahasnya budaya dan kepribadian. Matsumoto mendefinisikan Kepribadian sebagai satu set perilaku dan ciri-ciri kognitif, sifat (traits), atau kecenderungan yang relatif berlangsung secara terus menerus, dan dibawa oleh seseorang dalam berbagai konteks kehidupannya serta saat berinteraksi dengan orang lain sehingga membedakannya dari orang lain (Sarwono, 2014).
Paradigma lintas budaya memandang kepribadian sebagai gejala universal yang sama bermakna dan relevan antarbudaya yang diteliti. Dalam hal ini ada dua kemungkinan terpisah namun berhubungan satu sama lain, yaitu adanya faktor bawaan biologis dan evolusi adaptif yang menciptakan kecenderungan genetik untuk ciri-ciri kepribadian dan kemungkinan prinsip-prinsip pembelajaran budaya-konstan dan prosesnya (Sarwono, 2014).
Dari pernyataan diatas, asumsi penulis tentang yang mana berpengaruh, apakah emosi dan kepribadian yang dipengaruhi oleh budaya ataukah budaya dipengaruhi oleh emosi dan kepribadian. Sejauh pemahaman penulis yang menjadi faktor utama adalah emosi dan kepribadian yang mempengaruhi budaya.
Read more ...