Pages

Sibuk itu Menunggu

Sabtu, 09 Mei 2015


Untukmu yang paling jauh, masa lalu. Untukmu yang terang, masa depan. Sibuk itu Menunggu. Karena kalian, kita belajar.
---------------------------------------------
Ayo jalan deh?
Bah, duluan maki bro..
Apa ji? Sibuk skali ki bro. refresh sedikitlah..
Bah, ada jitu waktunya bro..
Oh iya, ada mau kutanya dan penasaran ka. Siapa teman ta’arufmu? Hehe
? Hehe.. (diam, cengar-cengir tidak jelas)
----------------------------------------------
Sebulan yang lalu, sempat belajar psikologi perkembangan dewasa dan lansia. Dua hal yang paling lengket di kepala, pekerjaan dan jodoh. Mereka yang paling berkesan. Entah kenapa, kalau diskusinya tentang kedua hal itu teman-teman di kelas punya dua ekspresi, serius dan bahagia. Ketika menginjak dewasa awal, semua orang memikirkan keduanya. Jadi, bukan hal yang tabuh untuk dibicarakan di bangku tulis hingga koridor kampus. Mungkin itu yang nabilang orang sunrise.

Tidak menolak, memang itu yang ada di kepala. Beberapa planning sudah disusun namun realitanya kita masih bertahan pada teori “manusia itu dinamis”. Jadi mau ki apa? Kalau ada teman yang ngajak kesana-kemari, alasannya cuman satu “bah, duluan maki bro, ada kukerja”. Entah apa nama variabelnya tapi kata-kata “ada mau kukerja/sibuk” adalah variabel terikat. Dan cinta/jodoh adalah variable bebas yang banyak variabel kontrolnya. Desain penelitiannya adalah kuantitatif korelasi.

Langsung maki seminar proposal, sebenarnya pekerjaan itu spekulasi. Menyibukkan diri itu alasan untuk menunggu. Ada udang di balik batu akik. Pasti bertanya “menunggu apa?” nah, kembali maki variable bebasnya.

Untukmu yang paling jauh, masa lalu. Untukmu yang terang, masa depan. Sibuk itu Menunggu. Karena kalian, kita belajar. Cinta datang karena banyaknya intensitas ketemuan dan komunikasi. Cinta itu menyentuh pikiran dan fisik. Mari mengingkaari jika mampu ataukah yuk menunggu jika merasa dinamis. Dan izinkan saya mencintai dengan caraku sendiri. Meski sebatas mengawasi dari balik kaca spion Biarkan jodoh sebagai kuasa dan masalah melangit, sedang kita membumi menengadah tangan ke atas.

Jika saya baik, ia juga akan baik. Begitupun sebaliknya. Ngaji juga yuk, bukan untuk jodoh, tapi akhiratnya kita.

Arrijalu khawwamuuna alannishaaaaaaa’……….. (An-Nisa:34)
Read more ...