Untukmu yang paling jauh, masa
lalu. Untukmu yang terang, masa depan. Sibuk itu Menunggu. Karena kalian, kita
belajar.
---------------------------------------------
Ayo jalan deh?
Bah, duluan maki bro..
Apa ji? Sibuk skali ki bro.
refresh sedikitlah..
Bah, ada jitu waktunya bro..
Oh iya, ada mau kutanya dan
penasaran ka. Siapa teman ta’arufmu? Hehe
? Hehe.. (diam, cengar-cengir
tidak jelas)
----------------------------------------------
Sebulan yang lalu, sempat belajar
psikologi perkembangan dewasa dan lansia. Dua hal yang paling lengket di
kepala, pekerjaan dan jodoh. Mereka yang paling berkesan. Entah kenapa, kalau
diskusinya tentang kedua hal itu teman-teman di kelas punya dua ekspresi,
serius dan bahagia. Ketika menginjak dewasa awal, semua orang memikirkan
keduanya. Jadi, bukan hal yang tabuh untuk dibicarakan di bangku tulis hingga
koridor kampus. Mungkin itu yang nabilang orang sunrise.
Tidak menolak, memang itu yang ada
di kepala. Beberapa planning sudah disusun namun realitanya kita masih bertahan
pada teori “manusia itu dinamis”. Jadi mau ki apa? Kalau ada teman yang ngajak
kesana-kemari, alasannya cuman satu “bah, duluan maki bro, ada kukerja”. Entah apa
nama variabelnya tapi kata-kata “ada mau kukerja/sibuk” adalah variabel terikat.
Dan cinta/jodoh adalah variable bebas yang banyak variabel kontrolnya. Desain penelitiannya
adalah kuantitatif korelasi.
Langsung maki seminar proposal, sebenarnya
pekerjaan itu spekulasi. Menyibukkan diri itu alasan untuk menunggu. Ada udang
di balik batu akik. Pasti bertanya “menunggu apa?” nah, kembali maki variable bebasnya.
Untukmu yang paling jauh, masa
lalu. Untukmu yang terang, masa depan. Sibuk itu Menunggu. Karena kalian, kita
belajar. Cinta datang karena banyaknya intensitas ketemuan dan komunikasi. Cinta
itu menyentuh pikiran dan fisik. Mari mengingkaari jika mampu ataukah yuk
menunggu jika merasa dinamis. Dan izinkan saya mencintai dengan caraku sendiri. Meski sebatas mengawasi dari balik kaca spion Biarkan jodoh sebagai kuasa dan masalah melangit, sedang kita membumi
menengadah tangan ke atas.
Jika saya baik, ia juga akan baik.
Begitupun sebaliknya. Ngaji juga yuk, bukan untuk jodoh, tapi akhiratnya kita.
Arrijalu khawwamuuna alannishaaaaaaa’………..
(An-Nisa:34)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar